EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia
<p> <img src="http://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/public/site/images/admin/coverek-b9b506f689482b2312391f259b8f14a5.jpg" alt="" width="220" height="317" /></p> <table class="data" width="100%" bgcolor="#EAFAF1 "> <tbody> <tr valign="top"> <td width="20%"><strong>Journal Name</strong></td> <td width="40"><strong>: EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"><strong>Initials</strong></td> <td width="40"><strong>: EKKLESIA</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"><strong>Publication Frequency</strong></td> <td width="45"><strong>: Published twice a year in Mei and November</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"><strong>DOI (Prefix)</strong></td> <td width="40"><strong>: </strong><strong><br /></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"><strong>E-ISSN</strong></td> <td width="40"><strong>: 2964-2639</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"><strong>Publisher</strong></td> <td width="40"><strong>: Sekolah Tinggi Teologi Ekklesia Pontianak</strong></td> </tr> </tbody> </table> <div><strong><br />EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani</strong>, merupakan wadah publikasi ilmiah dari hasil penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani, serta diperuntukkan bagi semua dosen maupun peneliti, baik di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi Ekklesia Pontianak maupun institusi lain yang memiliki bidang kajian yang sama. Jurnal Ekklesia menggunakan <em>sistem double-blind review. </em>Adapun yang menjadi Fokus dan Ruang Lingkup dalam Jurnal EKKLESIA adalah:</div> <ol> <li>Pendidikan Kristiani (PAK)</li> <li>Teologi</li> <li>Misiologi</li> <li>Biblika</li> <li>Dogmatika</li> <li>Historika</li> <li>Pastoral</li> </ol>STT Ekklesia Pontianaken-USEKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani2964-2639KETERKAITAN “TAKUT AKAN TUHAN” DAN “MEMBENCI KEJAHATAN” TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER: KAJIAN HERMENEUTIK BERDASARKAN AMSAL 8:13
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia/article/view/73
<p><strong><em>Abstract:</em></strong> <em>The purpose of this study is to examine the interrelationship between 'fear of God' and 'hatred of evil' as they relate to individual character development. This research focuses on answering two questions, firstly, is the meaning of fearing God the same as hating evil, and secondly, can hating evil be a guarantee of commitment to fearing God? There is a gap in research that explores character formation based on the nature of the fear of the Lord in Proverbs 8:13 as an answer to the questions posed. Therefore, based on the qualitative research method and the hermeneutic approach of the sub-genre of wisdom literature, this study was carried out to argue that: first, hating evil is a manifestation of the choice to fear God; second, there are three serious commitments in hating evil that have implications for character building, namely 1). Not to be arrogant and haughty; 2) Not to commit evil deeds; and 3) Not to speak misleading words. The results of this study show that the fear of God is an important foundation for character development.</em></p> <p><em> </em><strong>Abstrak:</strong> Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji keterkaitan dari "takut akan Tuhan" dan “membenci kejahatan” sebagai implikasi terhadap pembentukan karakter individu. Penelitian ini difokuskan untuk menjawab dua pertanyaan, yakni <em>pertama, </em>apakah makna takut akan Tuhan itu sama dengan membenci kejahatan? dan <em>kedua, </em>apakah dengan membenci kejahatan dapat menjadi jaminan bahwa komitmen takut akan Tuhan dapat dilakukan? Terdapat kesenjangan penelitian yang mengeksplorasi pembentukan karakter berdasarkan esensi takut akan Tuhan dalam Amsal 8:13, sebagai jawaban atas pertanyaan yang telah dipaparkan. Untuk itulah, berdasarkan metode penelitian kualitatif dan pendekatan hermeneutik sub genre sastra hikmat, maka studi ini diakukan untuk Penelitian ini menemukan, dua hal yaitu: <em>pertama, </em>membenci kejahatan merupakan perwujudan dari pilihan takut akan Tuhan; <em>kedua, </em>ada tiga komitmen serius dalam membenci kejahatan yang berimplikasi terhadap pembentukan karakter, yakni 1). Tidak sombong dan angkuh; 2) tidak melakukan perbuatan jahat; dan 3) tidak mengucapkan perkataan yang menyesatkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa takut akan Tuhan merupakan landasan penting dalam pembentukan karakter.</p>Aska Aprilano Pattinaja
Copyright (c) 2024 EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-11-202024-11-2031120KARAKTER KRISTEN YANG BERTUMBUH MENURUT PERSPEKTIF PETRUS SEBAGAI AJARAN APOSTOLIK UNTUK ZAMAN POSTMODERN
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia/article/view/78
<p><strong><em>Abstract:</em></strong><em> The theme of character is a crucial discussion for Christians, as it is closely related to daily behavior. However, it cannot be denied that, in reality, there are still Christians who live contrary to God's Word, indulging in the pleasures of sin, immorality, lust, anger, envy, and selfishness, failing to reflect the righteous behavior of Christ in their daily lives. This research will focus on the nature of the growing Christian character from Peter's perspective, as an apostolic teaching relevant for today. Using a qualitative method with a literature study approach, the results of this research explain that the growing Christian character according to Peter is without blemish and stain before God, submissive to the authority of leaders, and living in brotherly love. Thus, it provides a correct understanding to believers so that in any situation, as those who have received God's grace, they should continue to reflect the character of Christ.</em></p> <p><strong>Abstrak :</strong> Tema karakter adalah diskusi yang sangat penting bagi umat Kristen, karena erat kaitannya dengan perilaku sehari-hari. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataanya masih ditemukan adanya orang Kristen yang hidup menyimpang dari firman Tuhan dengan hidup di dalam kenikmatan dosa kenajisan, hawa nafsu, amarah, iri hati, mementingkan diri sendiri dan tidak mencerminkan perilaku hidup yang benar serupa Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini akan berfokus seperti apakah karakater Kristen yang bertumbuh menurut perspektif Petrus. Sebagai ajaran apostolik untuk zaman postmodern. Dengan mempergunakan metode kualitatif melalui pendekatan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa karakter Kristen yang bertumbuh menurut Petrus adalah tidak bercacat dan bernoda di hadapan Allah, tunduk pada otoritas pemimpin dan hidup dalam kasih persaudaraan. Dengan demikian memberikan pemahaman yang benar kepada orang percaya sehingga dalam situasi apa pun, sebagai orang yang telah menerima anugerah Tuhan, harus tetap dan terus mencerminkan karakter Kristus. </p>Yuni Marsalina BoboyJenet Selfiani SakeyRobert Patannang Borrong
Copyright (c) 2024 EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-11-202024-11-20312129PERANAN KOMISI PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH MINGGU DI GKII DAERAH 1 SINTANG KALIMANTAN BARAT
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia/article/view/72
<p><strong><em>Abstract</em></strong><em>: The Education Commission plays a vital role in the development of the Sunday School curriculum, essential for the spiritual growth and education of children in the Gereja Kemah Injil Indonesia Daerah 1 Sintang, Kalimantan Barat. This study aims to evaluate the contributions and effectiveness of the Education Commission in the curriculum development process. Using qualitative research methods, the study explores the commission's involvement in planning, implementing, and evaluating the Sunday School curriculum. The research underscores the strategic roles of the commission in designing a curriculum aligned with the church's vision and mission. It also examines the challenges faced during development, such as resource limitations, teacher competencies, and parental involvement. The findings indicate that despite these challenges, the curriculum developed by the Education Commission has been effective in enhancing children's understanding of Christian teachings and shaping their character. Nonetheless, continuous improvement is necessary, particularly in making teaching methods more interactive and diversifying teaching materials. This study highlights the importance of collaboration between the Education Commission, teachers, parents, and the broader church community to create a comprehensive and contextually relevant Sunday School curriculum. Addressing the identified challenges and leveraging existing strengths can further improve the quality and impact of Sunday School education in GKII Daerah 1 Sintang. This research contributes to the broader discourse on religious education and curriculum development in faith-based institutions, providing insights that may be applicable to similar contexts.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong>: Komisi Pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan kurikulum Sekolah Minggu, yang esensial untuk pertumbuhan spiritual dan pendidikan anak-anak di Gereja Kemah Injil Indonesia Daerah 1 Sintang, Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kontribusi dan efektivitas Komisi Pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum. Menggunakan metode penelitian kualitatif, studi ini mengeksplorasi keterlibatan komisi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum Sekolah Minggu. Penelitian ini menyoroti peran strategis komisi dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan visi dan misi gereja. Penelitian ini juga mengkaji tantangan yang dihadapi selama pengembangan, seperti keterbatasan sumber daya, kompetensi guru, dan keterlibatan orang tua. Temuan menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan-tantangan ini, kurikulum yang dikembangkan oleh Komisi Pendidikan efektif dalam meningkatkan pemahaman anak-anak tentang ajaran Kristen dan membentuk karakter mereka. Namun, perbaikan berkelanjutan diperlukan, terutama dalam membuat metode pengajaran lebih interaktif dan mendiversifikasi materi ajar. Penelitian ini menekankan pentingnya kolaborasi antara Komisi Pendidikan, guru, orang tua, dan komunitas gereja yang lebih luas untuk menciptakan kurikulum Sekolah Minggu yang komprehensif dan relevan dengan konteks lokal. Mengatasi tantangan yang diidentifikasi dan memanfaatkan kekuatan yang ada dapat lebih meningkatkan kualitas dan dampak pendidikan Sekolah Minggu di GKII Daerah 1 Sintang. Penelitian ini berkontribusi pada diskursus yang lebih luas tentang pendidikan agama dan pengembangan kurikulum di lembaga berbasis agama, memberikan wawasan yang dapat diterapkan dalam konteks serupa.</p>Agustina Ace WagenaYuliono Evendi
Copyright (c) 2024 EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-11-202024-11-20313039RELASI INTERSUBJEKTIF BERSAMA ALLAH MENURUT PAULUS DALAM KOLOSE 2:6-7
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia/article/view/75
<p><strong><em>Abstract: </em></strong><em>In this article, the author discusses the relationship between humans and God from the perspective of Martin Buber, a modern Jewish philosopher. Buber emphasizes the importance of the concept of intersubjective relationship (I and Thou). This concept serves as evidence that humans are relational beings and that God is referred to as an intersubjective relationship. The article employs a qualitative literature review research method. The author will gather data from various sources, such as books, literature searches, notes, and reports related to Martin Buber's views on Intersubjective Relations, and the biblical perspective on building a relationship with God according to Colossians 2:6-7. Martin Buber develops the concept of intersubjective relations through the relationships of "I-it", "I-thou", and "I-Thou Absolute" as the foundation for spiritual growth and connection with God. The Epistle of Paul to the Colossians also emphasizes living in Christ as a strong foundation for a close relationship with God. Both assert that a strong relationship with God and others is key to a meaningful life and spiritual growth in faith.</em></p> <p><em> </em><strong>Abstrak: </strong>Dalam artikel ini, penulis membahas tentang hubungan manusia dengan Allah berdasarkan sudut pandang Martin Buber, seorang filsuf Yahudi modern. Buber mengajukan pentingnya konsep hubungan intersubjektif (<em>I and Thou</em>). Konsep ini menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk relasional dan Allah disebut sebagai hubungan intersubjektif. Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian kulitatif studi pustaka. penulis akan mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti buku, pencarian literatur, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan . Studi pustaka merupakan teknik untuk mengumpulkan data dari buku, pencarian literatur, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan pendangan Martin Buber mengenai Relasi Intersubjektif, dan perspektif Alkitab tentang membangun relasi bersama Allah menurut kolose 2:6-7. Martin Buber membangun konsep relasi intersubjektif melalui hubungan "aku-sesuatu", "aku-engkau", dan "aku-Engkau Absolut" sebagai dasar pertumbuhan spiritual dan koneksi dengan Allah. Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose juga menekankan hidup dalam Kristus sebagai fondasi kuat untuk hubungan yang erat dengan Tuhan. Keduanya menegaskan bahwa relasi yang kokoh dengan Allah dan sesama adalah kunci untuk kehidupan yang bermakna dan pertumbuhan rohani dalam iman.</p>James Andris LandeleRoyke Lantupa Kumowal
Copyright (c) 2024 EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-11-202024-11-20314053MEDIATISASI IMAN: DAMPAK TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP GEREJA KONTEMPORER MENURUT AMSAL 1:5
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia/article/view/83
<p><strong><em>Abstract</em></strong><em>: New technology, especially artificial intelligence (AI), is changing how churches work and connect with people. This study looks at the good and bad ways AI affects churches, focusing on the need for knowledge and understanding to deal with these changes. AI can make church work more efficient and help churches reach more people online. But it also brings ethical and theological challenges, like the possibility of less face-to-face interaction and weaker relationships. Churches in Indonesia and around the world are using social media and apps to connect with people who are far apart, which helps keep communities close even when they are physically distant. This study uses a qualitative approach with a literature review to analyze how communication technology affects religious practices from both theological and sociological perspectives. Proverbs 1:5 serves as a guiding principle, emphasizing wisdom and understanding as churches embrace technological advancements while maintaining their spiritual integrity. The findings show that with a careful approach, churches can use new technology to support their spiritual mission and keep their faith communities strong.</em></p> <p><strong>Abstrak: </strong>Kemajuan teknologi komunikasi, khususnya kecerdasan buatan (AI), telah membawa perubahan signifikan pada cara gereja beroperasi dan berinteraksi dengan jemaatnya. Studi ini mengeksplorasi dampak Artificial <em>intelligence</em> (<em>AI)</em> pada gereja, baik yang konstruktif maupun yang menantang, dengan penekanan pada pentingnya pengetahuan dan pemahaman dalam menavigasi perubahan. AI menawarkan peluang untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dan memperluas jangkauan misi gereja melalui media digital. Namun, tantangan etika dan teologis muncul terkait penggunaan AI dalam konteks spiritual, seperti potensi berkurangnya interaksi tatap muka dan kedalaman hubungan interpersonal. Gereja-gereja di Indonesia dan secara global memanfaatkan media sosial dan aplikasi digital untuk menjangkau jemaat yang tersebar, membantu memperkuat ikatan komunitas meskipun ada keterbatasan geografis. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode tinjauan pustaka untuk menganalisis dampak teknologi komunikasi pada praktik keagamaan dari perspektif teologis dan sosiologis. Amsal 1:5 berfungsi sebagai prinsip panduan, yang menekankan hikmat dan pemahaman saat gereja merangkul kemajuan teknologi sambil menjaga integritas spiritual mereka. Temuan tersebut menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang bijaksana, gereja dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung misi rohani mereka sambil menjaga integritas komunitas iman.</p>Hildegardis Dyna R DSimon SimonSoelistiyo Daniel Zacheus
Copyright (c) 2024 EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-11-202024-11-20315466KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU AGAMA KRISTEN DALAM MEMBENTUK PERILAKU KRISTIANI SISWA
https://ojs.sttekklesiaptk.ac.id/index.php/ekklesia/article/view/79
<p><strong><em>Abstract: </em></strong><em>Christian religious teachers in the learning process often ignore interpersonal communication in shaping students' Christian behavior through Christian religious education. This happens because Christian religious teachers only focus on information or messages through knowledge understood by students and focus on explaining learning materials and learning material targets. The purpose of this study was to determine how the interpersonal communication skills possessed by Christian religious education teachers in shaping students' Christian behavior. This study uses a literature study research method, with the implementation steps being first; collecting literature related to the research. Second; selecting and selecting valid and renewable sources. Third; conducting source analysis and fourth; presenting the results of data analysis. Based on the results of data analysis and presentation, it was found that interpersonal communication of Christian religious teachers needs to be carried out actively and routinely, because interpersonal communication is a means to convey messages appropriately, therefore Christian religious teachers need to create safe learning for students in shaping students' Christian behavior.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong>: Guru agama Kristen dalam proses pembelajaran sering mengabaikan komunikasi interpersonal dalam membentuk perilaku kristiani siswa melalui pendidikan agama Kristen. Hal ini terjadi karena guru agama Kristen hanya fokus pada informasi atau pesan melalui pengetahuan yang dipahami oleh siswa dan fokus pada penjelasan materi pembelajaran serta target materi pembelajaran. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Kristen dalam membentuk perilaku kristiani siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi pustaka, dengan langkah-langkah pelaksanaannya adalah pertama; mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan penelitian. Kedua; memilih dan menyeleksi sumber yang valid dan terbarukan. Ketiga; melakukan analisis sumber dan keempat; menyajikan hasil analisis data. Berdasarkan hasil analisis dan penyajian data, maka ditemukan bahwa komunikasi interpersonal guru agama Kristen perlu dilakukan secara aktif dan rutin, karena komunikasi interpersonal merupakan sarana untuk menyampaikan pesan secara tepat, oleh karena itu guru agama Kristen perlu menciptakan pembelajaran yang aman bagi peserta didik dalam membentuk perilaku kristiani siswa.</p>Safatulus GiawaResti Damai Yanti ZaiSadile Asrani GuloAperius El Putra HuluDeti Rosmeidar Gulo
Copyright (c) 2024 EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-11-202024-11-20316778